Selasa, 23 Oktober 2012

Tak Sama


Tuhan Tuhan Tuhan
Tuhan Tuhan
T.U.H.A.N
Bukan
H.A.N.T.U
Hantu Hantu
Hantu Hantu Hantu
Meskipun semuanya abstrak
Tak bisa di raba oleh panca indera
Tapi mereka berbeda, karena hanya Tuhan yang Maha Kuasa

Selasa, 16 Oktober 2012

an accident



                Susasana kota memang mengisahkan banyak realita. Kebahagiaan, kemelaratan, bahkan kesengsaraan. Malam ini ku awali ekspedisiku berjalan-jalan di taman kota. Banyak sekali pemandangan disana. Para pemuda yang tengah berpacaran, orang tua yang mengajak anak-anaknya bermain, berlarian di riuhnya suasana taman. Namun tak sedikit pula pemandangan yang menyedihkan. Wanita tua yang mungkin sebaya dengan nenekku di desa dengan lemah lunglai berjalan menengadahkan kedua tangannya hanya berharap mendapatkan keeping demi kepin rupiah yang akan ia tukar dengan sesuap nasi. Anak-anak kecil dengan membawa gitar memainkan nada-nada yang lumayan merdu di telinga. Dengan riang, ia menghibur semua yang ada di penjuru taman kota tersebut. Aku hanya bisa memandangi tanpa bisa memberi sedikitpun dari hartaku, karena mulanya aku sama dengan mereka yang belum bisa mencari nafkah sendiri, melinkan berharap pada kiriman orang tua setiap bulannya.
            Ku coba telusuri berbagai tempat ramai lainnya di kota. Ternyata di perempatan traffic light, banyak sekali pemandangan yang hamper sama persis  yang ku temui di taman kota. Nampak seorang ibu dengan wajah lusuh sambil menggendong anaknya yang menangis, mungkin karena kelaparan membawa sebuah benda yang taka sing bagiku, sebuah bekas gelas air mineral. Anak-anak muda bermodalkan kemoceng, menawarkan jasa membersihkan kaca mobil pada tiap pengendara yang berhenti saat lampu merah. Beberapa orang pula meneriakkan barang dagangannya. Yaitu air minum, rokok, tissue, bahkan makanan ringan, seperti gorengan ataupun nasi bungkus.
            Aku mulai bosan dengan suasana yang sama. Kucoba langkahkan kakiku menuju sebuah tempat yang kurasa agak sepi. Dari kejauhan ku amati seorang anak kecil berbaring lemah di depan komplek pertokoan yang hanya beralaskan robekan Koran bekas. Tangan kanannya ia jadikan sebagai bantalan kepalanya, sedangkan tangan kirinya ia rangkulkan ke perutnya. Nampaknya ia sangat kelaparan. Baju yang ia kenakan sudah tak mampu lagi menahan dinginnya angin malam, apalagi hari ini langit di penuhi awan mendung. Pertanda sebentar lagi akan hujan. Ternyata benar, beberapa saat kemudian, perlahan air mulai turun dengan irama senada. Aku mulai mencari tempat berteduh hujan ini tak membasahi jiwaku. Anak kecil yang sedari tadi ku amati bangun dari tempat ia berbaring. Ia tak kuat lagi menahan derasnya percikan air yang memantul ke arahnya. Baju compang-camping yang ia kenakan tak lagi member kehangatan malam ini. Ia berjalan mencari tempat yang lebih nyaman baginya. Hingga akhirnya ia temukan sebuah tempat pembuangan makanan yang berasal dari restoran. Coba ia kais dan mencari sisa-sisa makanan agar mampu membuatnya lebih bertenaga. Ia mulai makan sedikit demi sedikit makanan yang ia temukan disana. Setelah ia rasa puas, ia beranjak kembali menuju istananya. Tapi na'as, saat ia menyebrangi jalanan yang basah, sebuah truk berlari kencang menabraknya. Aku sampai tak tega melihat kejadian itu. Tangan kirinya hancur di lindas ban, kedua kakinya tak mampu lagi ia jadikan tumpuan untuk berjalan. Sementara ia pingsan. Karena keadaan yang sepi, truk itu hanya bisa melarikan diri. Aku masih termenung di tempat aku berpijak. aku tak berani menghampirinya. Tapi aku tahu bahwa ia merasa sangat tersiksa. Seorang anak kecil tak berdosa hanya bisa meronta, karena kejadian tak terduga. Maafkan aku kawan, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa agar keselamatan selalu menyertaimu. Apabila nyawamu tak tertolong, semoga tuhan memberikan tempat terbaik bagimu.
            Malam ini, ku akhiri ekspedisiku dengan berbagai macam cerita, baik bahagia hingga derita. Aku pulang dengan berbagai penyesalan yang tak terbendung. Untuk menolong sesama pun aku tak mampu. Banyak pengalaman nerharga yang ku dapatkan malam ini. Tentang kehidupan, perjuangan, dan masih banyak yang lainnya. Ternyata tuhan masih bisa menampakkan karunianya padaku yang masih bisa menghadapi kerasnya hidup ini. Terima kasih tuhan atas semua pemberianMu selama ini. Ucap syukur tak henti-hentinya ku lontarkan seraya berjalan menuju tempat kediamanku.

Senin, 15 Oktober 2012

Artikel


                     Saya Cicak Berani Lawan Buaya

              Begitulah kira-kira berita yang sedang hot di sekitar kita. Perseteruan antara dua lembaga instansi negara yang tak pernah usai. Kasus terbaru yaitu pascakasus penyelidikan simulator SIM yang menjerat petinggi Polri dan penjemputan paksa penyidiknya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seperti yang di katakan ketua DPR RI Marzuki Alie bahwa SBY tidak perlu turun tangan soal konflik memanas antara KPK Vs Polri. Saat ditemui di Warung Tresni Denpasar, Minggu (7/10), Marzuki menjelaskan, konflik tersebut sebenarnya bisa diatasi jika kedua institusi tersebut bisa berlaku sebagai negarawan dan tidak menonjolkan ego masing-masing.
       Terkait memanasnya hubungan Polri dengan KPK pasca kasus penyelidikan simulator SIM yg menjerat petinggi Polri dan penjemputan paksa penyidiknya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ketua DPR RI Marzuki Alie menyarankan pimpinan kedua lembaga itu hrs menunjukkan perilaku sebagai negarawan. "Mari pimpinan kedua lembaga hukum ini berpikirlah sebagai negarawan dan melepaskan ego institusi tapi kedepankanlah kepentingan bangsa serta kepentingkanlah kepentingan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya. Sebenarnya ketua masing-masing instansi bisa menjadi negarawan yang baik dan tidak usah membawa permasalahan itu pada presiden.
                Namun sepertinya ketua KPK sendiri yaitu Abraham Samad tidak setuju. Berita yang beredar bahwa  Presiden perlu turun tangan karena upaya penangkapan terhadap Kompol Novel Baswedan sudah mengarah pada upaya kriminalisasi terhadap KPK. Permintaan itu disampaikan Ketua KPK Abraham Samad sendiri dalam wawancaranya. Dia juga menegaskan pihaknya akan melindungi yang bersangkutan dari berbagai upaya penjemputan maupun kriminalisasi. Nampaknya Abraham Samad tak gentar apabila harus berseteru dengan Polri. Karena Novel tidak melakukan tindak pidana seperti yang dituduhkan Polri. Karena itu, dia berharap agar masalah ini bisa diselesaikan dengan baik, semata-mata demi kepentingan bangsa dan negara. “Kita harus mengesampingkan ego institusi. Kita utamakan, kedepankan menyelamatkan bangsa dan negara dengan pemberantasan korupsi.”

             Ternyata  Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yang juga hadir dalam diskusi berpendapat Presiden harus segera menyelesaikan konflik antarlembaga tersebut. Dia sendiri menilai terjadinya konflik antara KPK dan Polri merupakan ekses dari negara yang belum antikorupsi. “Presiden seharusnya juga menegur Kapolri, tetapi hal tersebut tidak terjadi dan kalau dibiarkan berarti ada makna lain,” ujarnya.

               Namun dari kubu lain,yaitu Kepolisian menyatakan, penangkapan ini berkaitan dengan kasus penganiayaan berat yang menyebabkan kematian pencuri sarang burung walet di Bengkulu tahun 2004. Novel diduga kuat menjadi oknum yang melakukan penembakan langsung enam pencuri sarang burung walet di Pantai Panjang, Bengkulu. Saat itu Novel masih berpangkat inspektur satu (iptu) dan menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Polda Bengkulu.
                 Oleh karenanya, Situasi ini turut memanaskan hubungan KPK dan Polri. Upaya penangkapan Novel menunjukkan bahwa hubungan kedua institusi penegak hukum telah mencapai level akut. Sementara itu, Komisi III DPR RI mengatakan konflik KPK-Polri harus segera diakhiri.

Janji Suci



Seperti petir yang menggelegar
Hatiku mulai bergetar
Saat aku berada di sampingmu
Seperti bintang yang berpijar
Matamu selalu berbinar
Ketika aku menatapmu
Seperti desiran ombak
Jantungku tak beraturan kala berdetak
Saat ku mulai berbicara padamu
Ku ingin indahnya seperti Cinderella
Meski penuh derita namun berakhir bahagia
Di saat kita berdua bersatu
Dinda, dengarlah bisikku
Bagaikan awan putih yang ada di langit
Wajahmu selalu memberikan semangat baru dalam hidupku
Dinda, walaupun cinta yang telah ku rakit terlalu rumit
Aku akan tetap berusaha
Menemanimu di masa tua
Karena seluruh cinta kita itu nyata
Bukan sekedar cinta yang semu bila kita jarang bertemu
Janji suci ini akan selalu terpatri dalam hati
Menjadikan suatu motivasi diri
Agar tak patut untuk di sesali
Nanti di kemudian hari
karena aku tak sanggup untuk memungkiri
bahwa dirimu lah yang paling berarti
untuk menemani jiwa yang buta tentang semua cerita cinta ini

Minggu, 14 Oktober 2012

Astaghfirullah

sudah lama kuingat Qur'an itu tak ku baca,
bahkan hanya sekedar ku buka
sudah lama kulihat sajadah itu tak ku gelar,
sekarang keduanya sudah usang,
kini, aku sudah tak bisa bagaimana caranya membacanya lagi
aku juga sudah lama tak duduk, sujud di atasnya lagi
aku ingat, bahwa dulu ayahku lah yang membelikan keduanya padaku
namun itu sudah puluhan tahun yang lalu
saat aku mulai kebiasaan itu
saat dimana aku lebih suka berfoya foya dari pada harus duduk bersimpuh di hadapanMu
aku rindu sekali peristiwa itu
hati kecilku menangis apabila mengingat peristiwa itu
maafkan aku Tuhan
kini aku ingin kembali ke jalanMu
jalan yang telah engkau tentukan
ku ambil air wudhu
ku gelar sajadah usangku,
takbir, ruku' sujud hingga salam ku lalui dengan air mata di yang tak henti-hentinya menetes
di atas sajadah usangku aku bersimpuh,
bermujahadah kepadaMu
ku angkat kedua tanganku, meminta ampun padaMu
yang telah berpuluh-puluh tahun melupakan perintahMu
yang selalu melakukan laranganMu
dan semua dosa-dosa yang telah ku perbuat
mulutku hanya bisa berkata
"Ya Allah, aku sudah bertaubat, kembali ke jalanmu
yang sekian lama telah melupakanmu
sekian lama tak menganngap bahwa kau Itu ada
terima kasih karena kau telah memberikan aku hidup
dan bisa lagi berjuang di jalanMu yang suci
Hanya engkau yang Maha Pengampun
Hanya kau yang Maha Pemurah
Terima kasih Allah atas semua Hidayah dan Petunjukmu ini."
ucapku lirih dengan air mata yang tetap berlinang

Kamis, 11 Oktober 2012

Abstrak

Aku dengan lentera kecilku mulai menyusuri padang rumput hijau
Yang di temani hitamnya malam
Banyak ilalang yang menari-nari di iringi nyanyian sang binatang malam
Ku jejakkan langkahku di iringi kencangnya teriakan angin
Aku tak tahu sampai kapankah aku akan terus menapaki padang rumput ini...
Semuanya abstrak, bahkan tanpa jangkauan yang tak terbatas
Dunia khayalku saja tak mampu menjangkaunya
Semuanya gelap dan pekat yang di iringi penat
Seperti di saat aku menyusuri sebagian belahan bumi lain di luar sana
Dulu, aku pun penah menyusuri ganasnya padang pasir tanpa teman,
Kawan bahkan perlindungan
Kerasnya hidup di tengah gurun tanpa air, dehidrasi yang terus melanda
Hingga akhirnya ku temukan sebuah titik terang walaupun tanpa lentera
Menuju ekspedisiku menuju ruang waktu lain,
Yaitu menaklukkan sebagian belahan hatimu yang masih kaku
beku, dan selalu dingin terhadapku
Ingin sekali aku menaklukkanmu
Walau waktu tak pernah membantu
Dan tak memihak padaku
Namun aku akan terus maju bersama lentera kecilku
Di tengah padang rumput hijau yang di temani hitamnya malam
Menuju sebuah titik terang yang ada di sebagian isi hatimu yang masih beku dan masih kaku terhadapku

Minggu, 07 Oktober 2012

Kacung Kecil yang Tak Berguna



                                Kacung Kecil yang Tak Berguna

Kacung kecil tak berguna
Begitulah biasanya orang menyebutnya
yang selalu berjalan dan tak tau akan kemana
Dengan sebuah gitar usang yang selalu ia bawa
Kemudian, ia selalu menyanyikan lagu dengan melodi
dan lirik yang menggelitik yang berisi kritik-kritikan cilik
Namun bagiku, itu terdengar apik
Karena itulah karya ciptanya sendiri
Kacung kecil yang tak berguna
Begitulah biasanya ia disapa
yang selalu tampak marah
Apabila ia melihat sesamanya yang kelaparan dan juga lemah
Karena di tindas oleh penguasa lalim yang ia sebut sampah
Kacung kecil yang tak berguna
Begitulah biasanya orang memanggilnya
Yang akan terus menantang
Semua sampah-sampah yang berani melawan
Walaupun ia tau kalau ia akan kalah
Karena ia merasa dirinya lemah dan selalu di anggap remeh
Namun ia tak patah semangat dan pantang menyerah
Untuk menyingkirkan semua sampah-sampah berdasi dan berkerah
Kacung kecil yang tak berguna
Kini hanya ada dalam ingatan
Karena sekarang ia lebih di kenal dengan julukan
Pahlawan muda sang komando perang
Karena ia berani menantang sampah-sampah yang melawan