Minggu, 23 Desember 2012



Ibu Sebagai Pendidik Karakter Anak

Kasih ibu, kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
          Sekilas lagu di atas mungkin adalah perumpamaan yang tepat terhadap sosok ibu. Sosok luar biasa yang telah berkorban demi kita. Sembilan bulan ia mengandung kita, alangkah hebatnya beliau dalam bersabar menanti kita lahir di dunia. Selama itu pula ia yang telah memberi kita kehidupan dengan makanan yang ia makan. Dengan perjuangannya pula akhirnya kita bisa dilahirkan. Walaupun ia harus rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Pengorbanan ibu memang tiada duanya. Seorang ibu selalu ikhlas melakukan apapun demi anaknya. Tak minta apapun untuk mengganti atau membayar pengorbanannya karena memang tak akan tergantikan dan terbayar dengan apapun.
            Peringatan hari ibu di ilhami dari kisah tokoh-tokoh pahlawan Indonesia pada abad ke-19 seperti Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Cut Mutiah, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Mereka berperan penting dalam pergerakan wanita di Indonesia. Seperti R.A Kartini dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang di terbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta tahun 1962 mengisahkan bahwa betapa besar keinginan dan tekadnya untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia.Perjuangan mereka dalam membela hak kaum wanita juga sangat luar bisa. Hingga akhirnya pada zaman sekarang kita sering menjumpai apa yang dinamakan Persamaan gender.
            Sekarang, hari ibu di peringati sebagai tanda kasih sayang terhadap apa yang telah ibu berikan kepada kita. Dengan memberikan hadiah, liburan bersama atau mungkin berziarah  mengunjungi makam ibu mereka yang telah tiada. Peringatan hari ibu juga menjadi ajang nostalgia antara anak dengan ibunya, karena banyak sekali kisah-kisah yang akan menjadi bahan perbincangan. Seperti masa-masa sekolah kuliah hingga telah sukses dalam karirnya. Di hari itupula biasanya album lama yang mungkin telah berdebu kembali di buka. Melihat photo lama, suatu momen yang tak akan terulang kembali.
    Sosok ibu memang sangat mulia. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keutamaan orang tua seperti yang di terangkan dalam surat Luqman ayat 14 yang artinya: Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya), dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).  Bahkan dalam hadist dari Abu Hurairoh yang artinya seperti ini: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layan dengan sebaik-baiknya?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ayah kamu. Dalam hadist ini menerangkan betapa hebatnya ibu.bahkan Rasulullah menyebutnya hingga tiga kali.
           
            Terlalu sulit memang jika kita harus mengingat semua kebaikan yang telah ibu lakukan pada kita. Bahkan menghitungnya pun kita tak mampu. Sepanjang hari ia selalu merawat dan membimbing kita agar selalu menjadi orang yang baik. Tak lepas dari itu semua, beliau telah menanamkan nilai-nilai yang sangat berharga dalam hidup ini, yaitu sabar dan ikhlas. Keduanya memiliki penting dalam mendidik karakter kita. Yang sebelumnya penuh dengan emosi kini mampu luluh dan bersabar. Biasanya dengan kata-kata halus, ibu mampu mencairkan suasana seperti konflik internal dalam keluarga. Sedangkan ikhlas menunjukkan betapa sederhananya seorang ibu dalam menerima suatu keadaan. Tanpa pamrih ia mendidik dan membesarkan kita. Dalam upaya tersebut, ikhlas menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita.       
            Namun kini, rasa sayang ibu kepada anaknya mulai berkurang. Dengan banyaknya wanita karir di pusat perkantoran menyebabkan kasih sayang anak kurang terpenuhi. Bagaimana tidak, dengan banyaknya waktu di kantor mereka menjadi lupa akan tugas utamanya,yakni mendidik anaknya. Oleh karenanya banyak sekali anak zaman sekarang yang kehilangan pentingnya sosok ibu yang sebenarnya. Akhirnya banyak dari mereka yang melarikan diri, mencoba minum-minuman keras, bahkan narkoba. Dampak negative ini di akibatkan karena hal sepele, yaitu kurang perhatiannya ibu terhadap anaknya sendiri.
            Walaupun seorang ibu mempunyai profesi yang berbeda-beda, setidaknya meraka harus meluangkan sedikit waktunya agar anak merasa tidak teracuhkan dalam keluarga. Akhir pekan dapat digunakan sebagai ajang berkumpul dan melepaskan penat antara ibu dan anak. Entah jalan-jalan bareng, belanja, atau membuka kembali album masa kecil dan bersenda gurau untuk mencairkan suasana. Sesibuk apapun seorang ibu, ia harus ingat apa peran utamanya terhadap anak. Berkomunikasi dengan baik, memberi perhatian serta motivasi pada anak itu penting. Karena itulah, ibu harus pintar dalam mendidik anak.

                                                              _Redz@_
           

1 komentar:

  1. Tulisan ini bagus, untuk menjadi penyegar kembali bagi para ibu yang lupa terhadap tugas pokoknya. dan tulisan ini akan menjadi semakin klob bila dipadukan dengan tulisan saya tentang Virus 5F Menyerang Pemuda Indoesia. http://bayituo.blogspot.com/2012/12/virus-7f-menyerang-pemuda-indonesia.html

    BalasHapus