Keheningan
malam kian terasa saat kendaraan sudah mulai sepi di jalanan yang gelap. Sang
rembulan pun nampak tersenyum lebar diiringi bintang yang berkelap kelip dengan
anggun. Suara binatang malam terdengar khas di telinga para manusia yang masih
terjaga dalam aktifitasnya. Dua orang santri dengan pakaian khas yaitu sarung
baju koko dan songkok tengah berjalan
melewati jalanan yang berkerikil. Dengan sedikit senda gurau, mereka
mulai mencairkan suasana. Putung rokok yang masih tersisa mulai mereka hisab dengan
perlahan. Mereka adalah Ali dan Ni’am. Santri di pesantren An-Nur yang
dibimbing langsung oleh Kyai Hasan. Mereka termasuk santri anyaran.
Maklum saja, mereka baru 3 bulan mendiami pondok. Mereka adaah lulusan sekolah
negeri yang jarang sekali ada pelajaran agama. Tujuan mereka malam ini adalah
warung angkringan bapak Tejo. Tak berselang lama mereka sudah tiba di warung
tersebut. Disana mereka telah disambut oleh Amin dan Musa. Mereka berempat
memang gemar sekali mengunjungi warung ini. Selain me refresh pikiran,
biasanya mereka beradu argumen tentang kabar terhangat baik polotik atau yang
lainnya. Ali mulai membuka perbincangan.
“ Malam ini
kayaknya ada topik seru, aku diberi tahu temenku bahwa pesanten adalah media
pendidik yang kolot. Apakah kalian setuju? “
“ Wah aku
sangat tidak setuju. Mana bisa dia bicara tanpa tendensi yang jelas.” Ujar musa
dengan nada tinggi.
“ Baiklah,
mari kita bahas bersama agar ada jalan keluar dan kau tidak di ejek lagi oleh
temanmu. “ sahut Ni’am sambil menengahi sedangkan Amin hanya manggut-manggut
tanda setuju.
“ Begini,
kemaren aku di beri tahu temenku bahwa pesantren adalah tempat yang hanya
mengajarkan ilmu agama saja, padahal di zaman sekarang ini kansemuanya serba
menggunakan ijasah. Sedangkan pesantren tidak ada yang namanya ijasah. Maka
dari itu aku ingin pendapat dari kalian.” Ujar Ali.
‘’ Begini ya,
pesantren memang memberikan ilmu agama saja, namun sekarang saya kira sudah
banyak kok lembaga pendidikan yang meyediakan pendidikan formal dan juga
pesantren sebaga tempat mengaji dan istirahat para santri.” Ujar Musa dan
nampaknya Ni’am juga ingin memberikan argumennya.
“ Kalo saya
begini, pesantren yang dianggap kolot oleh sebagian orang itu adalah sebuah
kewajaran. Karena zaman dahulu Para kyai sudah menancapkan sifat sederhana pada
semua santrinya. Lihat saja, mengapa santri hanya memakai sarung yang berupa
jahitan kain sederhana. Karena sifat zuhud para kyai itu sudah nampak sejak
dulu, oleh karenanya mereka memberikan arahan agar hidup di dunia bukan sebagai
ajang foya foya tapi sebagai sebuah pengabdian pada Allah SWT. “ Ujar Ni’am
“ Lalu
bagaimana dengan sistem pendidikannya? “ Sahut Ali lagi.
“ Sesungguhnya,
di dunia pesantren banyak sekali ilmu-ilmu yang di sajikan. Seperti ilmu nahwu,
shorof, balaghoh atau yang lainnya. Semua itu ilmu yang sudah ada sejak zaman
dahulu yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dan juga ada kitab yang
mempelajari ilmu kedokteran seperti Al Qonun Fi Al Tibb karya Ibnu Sina.
“ Jadi jika
ada orang yang mengatakan pesantren adalah media pendidikan yang kolot mungkin
mereka saja yang beleum mengenal lebih jauh tentang dunia pesantren.” Terang
Amin.
“ Jadi, semua itu
intinya pada proses pembelajarannya. Banyak kok lulusan pesantren yang sekarang
menjadi orang-orang terkenal. Kalian tahu KH. Mustofa Bisri, Dahlan Iskan dll.
Mereka adalah tokoh tokoh alumni pesantren yang sekarang sangat berperan dalam
perkembangan negara. Lha wong Mantan presiden juga salah satu alumni pesantren
kok. Siapa coba yang tak tahu KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus
Dur. Cucu salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yang
bernama KH. Hasyim Asy’ari. Sekarang sudah beres kan permasalahannya? “ ujar
Amin lagi.
“ Okelah kalau
begitu, besok jika ada yang mengatakan bahwa pesantren adalah pendidikan yang
kolot maka mereka akan langsung ku serang dengan argumen kalian semua. Hehe,, “
ujar Ali.
“ Sekarang
waktunya pulang, kau kan juga belum menghapalkan alfiyah kan min?? “
ujar Musa sambil bergurau.
“ Oh iya, aku
malah hampir lupa. “ ujar Amin.
Akhirnya malam itu pun mereka
habskan dengan sdikit pencerahan tentang pesantren. Setelah membayar, mereka
pun kembali ke habitat mereka masing masing yaitu pondok pesantren.