Sabtu, 20 April 2013

Maaf, Hanya itu



Kini aku hanya bisa terdiam
Di sudut kamar tanpa jendela
Hanya ada sosok bayangan semu tentang dirimu
Tentang keadaanmu saat ini
Aku bimbang,,,
Antara keinginan dan larangan
Ingin sekali menemaniku dalam dukamu
Menggenggam tanganmu saat kau tergulai lemah
Menatap wajah cantikmu saat kau tertidur
Namun semua itu larangan bagiku
Dosa begitu mengekang diriku
Seperti itulah, mengapa aku tak menemanimu saat kau sakit
Menggenggam tanganmu saat kau butuh
Dan pula menatap wajah cantikmu itu
Dan hanya ini yang bisa ku lakukan,,,
Beranjak menuju sisi lain sudut kamar
Meraih sebuah sajadah yang nampak kumal
Karna sering sekali aku berada di atasnya
Mengadu pada Sang Kuasa tentang segala masalahku
Bermunajat dan berdoa supaya kau diberi kesembuhan
Agar tetap bisa tersenyum, menggapai semua anganmu
Dan menemukan apa yang kau inginkan
Hanya itu,,,
Tak ada yang lain yang bisa ku lakukan
Maafkan aku,,
Hanya itu,,,,
Hanya itu,,,,

Pesantren



Keheningan malam kian terasa saat kendaraan sudah mulai sepi di jalanan yang gelap. Sang rembulan pun nampak tersenyum lebar diiringi bintang yang berkelap kelip dengan anggun. Suara binatang malam terdengar khas di telinga para manusia yang masih terjaga dalam aktifitasnya. Dua orang santri dengan pakaian khas yaitu sarung baju koko dan songkok tengah berjalan  melewati jalanan yang berkerikil. Dengan sedikit senda gurau, mereka mulai mencairkan suasana. Putung rokok yang masih tersisa mulai mereka hisab dengan perlahan. Mereka adalah Ali dan Ni’am. Santri di pesantren An-Nur yang dibimbing langsung oleh Kyai Hasan. Mereka termasuk santri anyaran. Maklum saja, mereka baru 3 bulan mendiami pondok. Mereka adaah lulusan sekolah negeri yang jarang sekali ada pelajaran agama. Tujuan mereka malam ini adalah warung angkringan bapak Tejo. Tak berselang lama mereka sudah tiba di warung tersebut. Disana mereka telah disambut oleh Amin dan Musa. Mereka berempat memang gemar sekali mengunjungi warung ini. Selain me refresh pikiran, biasanya mereka beradu argumen tentang kabar terhangat baik polotik atau yang lainnya. Ali mulai membuka perbincangan.
“ Malam ini kayaknya ada topik seru, aku diberi tahu temenku bahwa pesanten adalah media pendidik yang kolot. Apakah kalian setuju? “
“ Wah aku sangat tidak setuju. Mana bisa dia bicara tanpa tendensi yang jelas.” Ujar musa dengan nada tinggi.
“ Baiklah, mari kita bahas bersama agar ada jalan keluar dan kau tidak di ejek lagi oleh temanmu. “ sahut Ni’am sambil menengahi sedangkan Amin hanya manggut-manggut tanda setuju.
“ Begini, kemaren aku di beri tahu temenku bahwa pesantren adalah tempat yang hanya mengajarkan ilmu agama saja, padahal di zaman sekarang ini kansemuanya serba menggunakan ijasah. Sedangkan pesantren tidak ada yang namanya ijasah. Maka dari itu aku ingin pendapat dari kalian.” Ujar Ali.
‘’ Begini ya, pesantren memang memberikan ilmu agama saja, namun sekarang saya kira sudah banyak kok lembaga pendidikan yang meyediakan pendidikan formal dan juga pesantren sebaga tempat mengaji dan istirahat para santri.” Ujar Musa dan nampaknya Ni’am juga ingin memberikan argumennya.
“ Kalo saya begini, pesantren yang dianggap kolot oleh sebagian orang itu adalah sebuah kewajaran. Karena zaman dahulu Para kyai sudah menancapkan sifat sederhana pada semua santrinya. Lihat saja, mengapa santri hanya memakai sarung yang berupa jahitan kain sederhana. Karena sifat zuhud para kyai itu sudah nampak sejak dulu, oleh karenanya mereka memberikan arahan agar hidup di dunia bukan sebagai ajang foya foya tapi sebagai sebuah pengabdian pada Allah SWT. “ Ujar Ni’am
“ Lalu bagaimana dengan sistem pendidikannya? “ Sahut Ali lagi.
“ Sesungguhnya, di dunia pesantren banyak sekali ilmu-ilmu yang di sajikan. Seperti ilmu nahwu, shorof, balaghoh atau yang lainnya. Semua itu ilmu yang sudah ada sejak zaman dahulu yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dan juga ada kitab yang mempelajari ilmu kedokteran seperti Al Qonun Fi Al Tibb karya Ibnu Sina.
“ Jadi jika ada orang yang mengatakan pesantren adalah media pendidikan yang kolot mungkin mereka saja yang beleum mengenal lebih jauh tentang dunia pesantren.” Terang Amin.
“ Jadi, semua itu intinya pada proses pembelajarannya. Banyak kok lulusan pesantren yang sekarang menjadi orang-orang terkenal. Kalian tahu KH. Mustofa Bisri, Dahlan Iskan dll. Mereka adalah tokoh tokoh alumni pesantren yang sekarang sangat berperan dalam perkembangan negara. Lha wong Mantan presiden juga salah satu alumni pesantren kok. Siapa coba yang tak tahu KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur. Cucu salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bernama KH. Hasyim Asy’ari. Sekarang sudah beres kan permasalahannya? “ ujar Amin lagi.
“ Okelah kalau begitu, besok jika ada yang mengatakan bahwa pesantren adalah pendidikan yang kolot maka mereka akan langsung ku serang dengan argumen kalian semua. Hehe,, “ ujar Ali.
“ Sekarang waktunya pulang, kau kan juga belum menghapalkan alfiyah kan min?? “ ujar Musa sambil bergurau.
“ Oh iya, aku malah hampir lupa. “ ujar Amin.
Akhirnya malam itu pun mereka habskan dengan sdikit pencerahan tentang pesantren. Setelah membayar, mereka pun kembali ke habitat mereka masing masing yaitu pondok pesantren.

Jumat, 18 Januari 2013

Maulud


Di Negeri yang entah berantah ini
Yang hampir tak pernah ada waktu untuk bersantai
Hanya kerja, kerja dan kerja
Mementingkan Harta daripada pahala
Aku tak pernah sekalipun orang orang menyerukan sholawat
Bahkan sholat pun mereka mulai melalaikannya
Aku teringat ajaran ustadz di madrasahku dulu
yang menganjurkan selalu melantunkan sholawat
Nyanyian nyaian syiir tentang kelahiran nabi
Saat bulan Rabi'ul Awal telah tiba
Dimana biasanya lantunan sholawat tersiar seantreo desaku
Tak seperti di negeri ini
Desaku mungkin hanya berisikan para petani yang menggarap padi
di setiap harinya
Para kuli yang selalu berkutat dengan semen dan pasir
Semuanya masih mau meluangkan sedikit waktunya
Setelah matahari tenggelam
Mereka berjalan menuju langgar
Ditemani anak-anak mereka yang berlari riang
Mengucapkan sholawat kehadirat Muhammad
Nabi akhir zaman
Pembawa perubahan serta pencerahan
Satu-satunya nabi pembawa syafaat kelak di yaumul kiyamat.
aku cinta desaku yang selalu melantunkan sholawat kala bulan mulud telah tiba.

Rabu, 09 Januari 2013

Sesuatu yang paling membuatku bingung adalah saat kau juga merasa ling lung
Memikirkan kegundahanmu aku pun mampu merasa lelah
Rasa rindu kadang membelenggu
Ketika gengsi tumbuh dalam diriku
Ragu juga bimbang
Ingin ku nyatakan atau ku buang
Perasaan yang aku pun tak tau apakah itu.
Bintangku, Aku ingin bintangku yang kini redup kembali terang benderang menemani diriku ini.

Minggu, 23 Desember 2012



Ibu Sebagai Pendidik Karakter Anak

Kasih ibu, kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
          Sekilas lagu di atas mungkin adalah perumpamaan yang tepat terhadap sosok ibu. Sosok luar biasa yang telah berkorban demi kita. Sembilan bulan ia mengandung kita, alangkah hebatnya beliau dalam bersabar menanti kita lahir di dunia. Selama itu pula ia yang telah memberi kita kehidupan dengan makanan yang ia makan. Dengan perjuangannya pula akhirnya kita bisa dilahirkan. Walaupun ia harus rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Pengorbanan ibu memang tiada duanya. Seorang ibu selalu ikhlas melakukan apapun demi anaknya. Tak minta apapun untuk mengganti atau membayar pengorbanannya karena memang tak akan tergantikan dan terbayar dengan apapun.
            Peringatan hari ibu di ilhami dari kisah tokoh-tokoh pahlawan Indonesia pada abad ke-19 seperti Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Cut Mutiah, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Mereka berperan penting dalam pergerakan wanita di Indonesia. Seperti R.A Kartini dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang di terbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta tahun 1962 mengisahkan bahwa betapa besar keinginan dan tekadnya untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia.Perjuangan mereka dalam membela hak kaum wanita juga sangat luar bisa. Hingga akhirnya pada zaman sekarang kita sering menjumpai apa yang dinamakan Persamaan gender.
            Sekarang, hari ibu di peringati sebagai tanda kasih sayang terhadap apa yang telah ibu berikan kepada kita. Dengan memberikan hadiah, liburan bersama atau mungkin berziarah  mengunjungi makam ibu mereka yang telah tiada. Peringatan hari ibu juga menjadi ajang nostalgia antara anak dengan ibunya, karena banyak sekali kisah-kisah yang akan menjadi bahan perbincangan. Seperti masa-masa sekolah kuliah hingga telah sukses dalam karirnya. Di hari itupula biasanya album lama yang mungkin telah berdebu kembali di buka. Melihat photo lama, suatu momen yang tak akan terulang kembali.
    Sosok ibu memang sangat mulia. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan keutamaan orang tua seperti yang di terangkan dalam surat Luqman ayat 14 yang artinya: Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya), dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).  Bahkan dalam hadist dari Abu Hurairoh yang artinya seperti ini: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layan dengan sebaik-baiknya?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab: “Ayah kamu. Dalam hadist ini menerangkan betapa hebatnya ibu.bahkan Rasulullah menyebutnya hingga tiga kali.
           
            Terlalu sulit memang jika kita harus mengingat semua kebaikan yang telah ibu lakukan pada kita. Bahkan menghitungnya pun kita tak mampu. Sepanjang hari ia selalu merawat dan membimbing kita agar selalu menjadi orang yang baik. Tak lepas dari itu semua, beliau telah menanamkan nilai-nilai yang sangat berharga dalam hidup ini, yaitu sabar dan ikhlas. Keduanya memiliki penting dalam mendidik karakter kita. Yang sebelumnya penuh dengan emosi kini mampu luluh dan bersabar. Biasanya dengan kata-kata halus, ibu mampu mencairkan suasana seperti konflik internal dalam keluarga. Sedangkan ikhlas menunjukkan betapa sederhananya seorang ibu dalam menerima suatu keadaan. Tanpa pamrih ia mendidik dan membesarkan kita. Dalam upaya tersebut, ikhlas menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita.       
            Namun kini, rasa sayang ibu kepada anaknya mulai berkurang. Dengan banyaknya wanita karir di pusat perkantoran menyebabkan kasih sayang anak kurang terpenuhi. Bagaimana tidak, dengan banyaknya waktu di kantor mereka menjadi lupa akan tugas utamanya,yakni mendidik anaknya. Oleh karenanya banyak sekali anak zaman sekarang yang kehilangan pentingnya sosok ibu yang sebenarnya. Akhirnya banyak dari mereka yang melarikan diri, mencoba minum-minuman keras, bahkan narkoba. Dampak negative ini di akibatkan karena hal sepele, yaitu kurang perhatiannya ibu terhadap anaknya sendiri.
            Walaupun seorang ibu mempunyai profesi yang berbeda-beda, setidaknya meraka harus meluangkan sedikit waktunya agar anak merasa tidak teracuhkan dalam keluarga. Akhir pekan dapat digunakan sebagai ajang berkumpul dan melepaskan penat antara ibu dan anak. Entah jalan-jalan bareng, belanja, atau membuka kembali album masa kecil dan bersenda gurau untuk mencairkan suasana. Sesibuk apapun seorang ibu, ia harus ingat apa peran utamanya terhadap anak. Berkomunikasi dengan baik, memberi perhatian serta motivasi pada anak itu penting. Karena itulah, ibu harus pintar dalam mendidik anak.

                                                              _Redz@_
           

Bukan Masalah



Bukan Masalah
Resah…
Aku mulai gelisah
Saat Ku akui aku telah kalah
Karena semua yang kulakukan salah
Pasrah…
Aku pun mulai merintih
Karena dia dan aku
Hanya antara merah dan putih
Sedih…
Kita hanya berselisih
Antara ini dan itu
Yang lama-lama membuatku letih
Gelisah…
Memikirkan dirinya  yang keras kepala
Membuatku lelah
Ibu…
Kata katamu telah membuatku pulih dan bergairah
Dalam menghadapi setiap masalah
Terima kasih.