Sabtu, 20 April 2013

Pesantren



Keheningan malam kian terasa saat kendaraan sudah mulai sepi di jalanan yang gelap. Sang rembulan pun nampak tersenyum lebar diiringi bintang yang berkelap kelip dengan anggun. Suara binatang malam terdengar khas di telinga para manusia yang masih terjaga dalam aktifitasnya. Dua orang santri dengan pakaian khas yaitu sarung baju koko dan songkok tengah berjalan  melewati jalanan yang berkerikil. Dengan sedikit senda gurau, mereka mulai mencairkan suasana. Putung rokok yang masih tersisa mulai mereka hisab dengan perlahan. Mereka adalah Ali dan Ni’am. Santri di pesantren An-Nur yang dibimbing langsung oleh Kyai Hasan. Mereka termasuk santri anyaran. Maklum saja, mereka baru 3 bulan mendiami pondok. Mereka adaah lulusan sekolah negeri yang jarang sekali ada pelajaran agama. Tujuan mereka malam ini adalah warung angkringan bapak Tejo. Tak berselang lama mereka sudah tiba di warung tersebut. Disana mereka telah disambut oleh Amin dan Musa. Mereka berempat memang gemar sekali mengunjungi warung ini. Selain me refresh pikiran, biasanya mereka beradu argumen tentang kabar terhangat baik polotik atau yang lainnya. Ali mulai membuka perbincangan.
“ Malam ini kayaknya ada topik seru, aku diberi tahu temenku bahwa pesanten adalah media pendidik yang kolot. Apakah kalian setuju? “
“ Wah aku sangat tidak setuju. Mana bisa dia bicara tanpa tendensi yang jelas.” Ujar musa dengan nada tinggi.
“ Baiklah, mari kita bahas bersama agar ada jalan keluar dan kau tidak di ejek lagi oleh temanmu. “ sahut Ni’am sambil menengahi sedangkan Amin hanya manggut-manggut tanda setuju.
“ Begini, kemaren aku di beri tahu temenku bahwa pesantren adalah tempat yang hanya mengajarkan ilmu agama saja, padahal di zaman sekarang ini kansemuanya serba menggunakan ijasah. Sedangkan pesantren tidak ada yang namanya ijasah. Maka dari itu aku ingin pendapat dari kalian.” Ujar Ali.
‘’ Begini ya, pesantren memang memberikan ilmu agama saja, namun sekarang saya kira sudah banyak kok lembaga pendidikan yang meyediakan pendidikan formal dan juga pesantren sebaga tempat mengaji dan istirahat para santri.” Ujar Musa dan nampaknya Ni’am juga ingin memberikan argumennya.
“ Kalo saya begini, pesantren yang dianggap kolot oleh sebagian orang itu adalah sebuah kewajaran. Karena zaman dahulu Para kyai sudah menancapkan sifat sederhana pada semua santrinya. Lihat saja, mengapa santri hanya memakai sarung yang berupa jahitan kain sederhana. Karena sifat zuhud para kyai itu sudah nampak sejak dulu, oleh karenanya mereka memberikan arahan agar hidup di dunia bukan sebagai ajang foya foya tapi sebagai sebuah pengabdian pada Allah SWT. “ Ujar Ni’am
“ Lalu bagaimana dengan sistem pendidikannya? “ Sahut Ali lagi.
“ Sesungguhnya, di dunia pesantren banyak sekali ilmu-ilmu yang di sajikan. Seperti ilmu nahwu, shorof, balaghoh atau yang lainnya. Semua itu ilmu yang sudah ada sejak zaman dahulu yang mempelajari tentang tata bahasa Arab. Dan juga ada kitab yang mempelajari ilmu kedokteran seperti Al Qonun Fi Al Tibb karya Ibnu Sina.
“ Jadi jika ada orang yang mengatakan pesantren adalah media pendidikan yang kolot mungkin mereka saja yang beleum mengenal lebih jauh tentang dunia pesantren.” Terang Amin.
“ Jadi, semua itu intinya pada proses pembelajarannya. Banyak kok lulusan pesantren yang sekarang menjadi orang-orang terkenal. Kalian tahu KH. Mustofa Bisri, Dahlan Iskan dll. Mereka adalah tokoh tokoh alumni pesantren yang sekarang sangat berperan dalam perkembangan negara. Lha wong Mantan presiden juga salah satu alumni pesantren kok. Siapa coba yang tak tahu KH. Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus Dur. Cucu salah satu pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bernama KH. Hasyim Asy’ari. Sekarang sudah beres kan permasalahannya? “ ujar Amin lagi.
“ Okelah kalau begitu, besok jika ada yang mengatakan bahwa pesantren adalah pendidikan yang kolot maka mereka akan langsung ku serang dengan argumen kalian semua. Hehe,, “ ujar Ali.
“ Sekarang waktunya pulang, kau kan juga belum menghapalkan alfiyah kan min?? “ ujar Musa sambil bergurau.
“ Oh iya, aku malah hampir lupa. “ ujar Amin.
Akhirnya malam itu pun mereka habskan dengan sdikit pencerahan tentang pesantren. Setelah membayar, mereka pun kembali ke habitat mereka masing masing yaitu pondok pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar