Ibu Sebagai Pendidik Karakter Anak
Kasih ibu, kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia
Sekilas lagu di atas mungkin adalah perumpamaan yang
tepat terhadap sosok ibu. Sosok luar biasa yang telah berkorban demi kita.
Sembilan bulan ia mengandung kita, alangkah hebatnya beliau dalam bersabar
menanti kita lahir di dunia. Selama itu pula ia yang telah memberi kita
kehidupan dengan makanan yang ia makan. Dengan perjuangannya pula akhirnya kita
bisa dilahirkan. Walaupun ia harus rela mempertaruhkan nyawanya sendiri. Pengorbanan
ibu memang tiada duanya. Seorang ibu selalu
ikhlas melakukan apapun demi anaknya. Tak minta apapun untuk mengganti atau
membayar pengorbanannya karena memang tak akan tergantikan dan terbayar dengan
apapun.
Peringatan hari ibu di ilhami dari
kisah tokoh-tokoh pahlawan Indonesia pada abad ke-19 seperti Cut Nyak Dien, R.A
Kartini, Cut Mutiah, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai
Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Mereka berperan penting dalam pergerakan wanita di
Indonesia. Seperti R.A Kartini dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”
yang di terbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta tahun 1962 mengisahkan bahwa
betapa besar keinginan dan tekadnya untuk memajukan wanita bangsanya,
Indonesia.Perjuangan mereka dalam membela hak kaum wanita juga sangat luar
bisa. Hingga akhirnya pada zaman sekarang kita sering menjumpai apa yang
dinamakan Persamaan gender.
Sekarang, hari ibu di peringati
sebagai tanda kasih sayang terhadap apa yang telah ibu berikan kepada kita. Dengan
memberikan hadiah, liburan bersama atau mungkin berziarah mengunjungi makam ibu mereka yang telah tiada.
Peringatan hari ibu juga menjadi ajang nostalgia antara anak dengan ibunya,
karena banyak sekali kisah-kisah yang akan menjadi bahan perbincangan. Seperti
masa-masa sekolah kuliah hingga telah sukses dalam karirnya. Di hari itupula
biasanya album lama yang mungkin telah berdebu kembali di buka. Melihat photo
lama, suatu momen yang tak akan terulang kembali.
Sosok ibu
memang sangat mulia. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan
keutamaan orang tua seperti yang di terangkan dalam surat Luqman ayat 14 yang
artinya: Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada
kedua ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung
hingga akhir menyusunya), dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam masa dua
tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu; dan (ingatlah), kepada
Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan). Bahkan dalam hadist dari Abu Hurairoh yang
artinya seperti ini: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya: “Siapakah manusia yang
paling berhak untuk aku layan dengan sebaik-baiknya?” Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi:
“Kemudian siapa?” Rasulullah
menjawab: “Ibu kamu.” Dia
bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Rasulullah menjawab: “Ibu kamu.” Dia bertanya lagi:
“Kemudian siapa?” Rasulullah
menjawab: “Ayah kamu. Dalam hadist ini menerangkan betapa hebatnya
ibu.bahkan Rasulullah menyebutnya hingga tiga kali.
Terlalu sulit memang jika kita harus
mengingat semua kebaikan yang telah ibu lakukan pada kita. Bahkan menghitungnya
pun kita tak mampu. Sepanjang hari ia selalu merawat dan membimbing kita agar
selalu menjadi orang yang baik. Tak lepas dari itu semua, beliau telah
menanamkan nilai-nilai yang sangat berharga dalam hidup ini, yaitu sabar dan
ikhlas. Keduanya memiliki penting dalam mendidik karakter kita. Yang sebelumnya
penuh dengan emosi kini mampu luluh dan bersabar. Biasanya dengan kata-kata
halus, ibu mampu mencairkan suasana seperti konflik internal dalam keluarga.
Sedangkan ikhlas menunjukkan betapa sederhananya seorang ibu dalam menerima
suatu keadaan. Tanpa pamrih ia mendidik dan membesarkan kita. Dalam upaya
tersebut, ikhlas menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan kita.
Namun kini, rasa sayang ibu kepada
anaknya mulai berkurang. Dengan banyaknya wanita karir di pusat perkantoran
menyebabkan kasih sayang anak kurang terpenuhi. Bagaimana tidak, dengan
banyaknya waktu di kantor mereka menjadi lupa akan tugas utamanya,yakni
mendidik anaknya. Oleh karenanya banyak sekali anak zaman sekarang yang
kehilangan pentingnya sosok ibu yang sebenarnya. Akhirnya banyak dari mereka
yang melarikan diri, mencoba minum-minuman keras, bahkan narkoba. Dampak
negative ini di akibatkan karena hal sepele, yaitu kurang perhatiannya ibu
terhadap anaknya sendiri.
Walaupun seorang ibu mempunyai
profesi yang berbeda-beda, setidaknya meraka harus meluangkan sedikit waktunya
agar anak merasa tidak teracuhkan dalam keluarga. Akhir pekan dapat digunakan
sebagai ajang berkumpul dan melepaskan penat antara ibu dan anak. Entah
jalan-jalan bareng, belanja, atau membuka kembali album masa kecil dan bersenda
gurau untuk mencairkan suasana. Sesibuk apapun seorang ibu, ia harus ingat apa
peran utamanya terhadap anak. Berkomunikasi dengan baik, memberi perhatian
serta motivasi pada anak itu penting. Karena itulah, ibu harus pintar dalam
mendidik anak.
_Redz@_
Tulisan ini bagus, untuk menjadi penyegar kembali bagi para ibu yang lupa terhadap tugas pokoknya. dan tulisan ini akan menjadi semakin klob bila dipadukan dengan tulisan saya tentang Virus 5F Menyerang Pemuda Indoesia. http://bayituo.blogspot.com/2012/12/virus-7f-menyerang-pemuda-indonesia.html
BalasHapus