Selasa, 16 Oktober 2012

an accident



                Susasana kota memang mengisahkan banyak realita. Kebahagiaan, kemelaratan, bahkan kesengsaraan. Malam ini ku awali ekspedisiku berjalan-jalan di taman kota. Banyak sekali pemandangan disana. Para pemuda yang tengah berpacaran, orang tua yang mengajak anak-anaknya bermain, berlarian di riuhnya suasana taman. Namun tak sedikit pula pemandangan yang menyedihkan. Wanita tua yang mungkin sebaya dengan nenekku di desa dengan lemah lunglai berjalan menengadahkan kedua tangannya hanya berharap mendapatkan keeping demi kepin rupiah yang akan ia tukar dengan sesuap nasi. Anak-anak kecil dengan membawa gitar memainkan nada-nada yang lumayan merdu di telinga. Dengan riang, ia menghibur semua yang ada di penjuru taman kota tersebut. Aku hanya bisa memandangi tanpa bisa memberi sedikitpun dari hartaku, karena mulanya aku sama dengan mereka yang belum bisa mencari nafkah sendiri, melinkan berharap pada kiriman orang tua setiap bulannya.
            Ku coba telusuri berbagai tempat ramai lainnya di kota. Ternyata di perempatan traffic light, banyak sekali pemandangan yang hamper sama persis  yang ku temui di taman kota. Nampak seorang ibu dengan wajah lusuh sambil menggendong anaknya yang menangis, mungkin karena kelaparan membawa sebuah benda yang taka sing bagiku, sebuah bekas gelas air mineral. Anak-anak muda bermodalkan kemoceng, menawarkan jasa membersihkan kaca mobil pada tiap pengendara yang berhenti saat lampu merah. Beberapa orang pula meneriakkan barang dagangannya. Yaitu air minum, rokok, tissue, bahkan makanan ringan, seperti gorengan ataupun nasi bungkus.
            Aku mulai bosan dengan suasana yang sama. Kucoba langkahkan kakiku menuju sebuah tempat yang kurasa agak sepi. Dari kejauhan ku amati seorang anak kecil berbaring lemah di depan komplek pertokoan yang hanya beralaskan robekan Koran bekas. Tangan kanannya ia jadikan sebagai bantalan kepalanya, sedangkan tangan kirinya ia rangkulkan ke perutnya. Nampaknya ia sangat kelaparan. Baju yang ia kenakan sudah tak mampu lagi menahan dinginnya angin malam, apalagi hari ini langit di penuhi awan mendung. Pertanda sebentar lagi akan hujan. Ternyata benar, beberapa saat kemudian, perlahan air mulai turun dengan irama senada. Aku mulai mencari tempat berteduh hujan ini tak membasahi jiwaku. Anak kecil yang sedari tadi ku amati bangun dari tempat ia berbaring. Ia tak kuat lagi menahan derasnya percikan air yang memantul ke arahnya. Baju compang-camping yang ia kenakan tak lagi member kehangatan malam ini. Ia berjalan mencari tempat yang lebih nyaman baginya. Hingga akhirnya ia temukan sebuah tempat pembuangan makanan yang berasal dari restoran. Coba ia kais dan mencari sisa-sisa makanan agar mampu membuatnya lebih bertenaga. Ia mulai makan sedikit demi sedikit makanan yang ia temukan disana. Setelah ia rasa puas, ia beranjak kembali menuju istananya. Tapi na'as, saat ia menyebrangi jalanan yang basah, sebuah truk berlari kencang menabraknya. Aku sampai tak tega melihat kejadian itu. Tangan kirinya hancur di lindas ban, kedua kakinya tak mampu lagi ia jadikan tumpuan untuk berjalan. Sementara ia pingsan. Karena keadaan yang sepi, truk itu hanya bisa melarikan diri. Aku masih termenung di tempat aku berpijak. aku tak berani menghampirinya. Tapi aku tahu bahwa ia merasa sangat tersiksa. Seorang anak kecil tak berdosa hanya bisa meronta, karena kejadian tak terduga. Maafkan aku kawan, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa agar keselamatan selalu menyertaimu. Apabila nyawamu tak tertolong, semoga tuhan memberikan tempat terbaik bagimu.
            Malam ini, ku akhiri ekspedisiku dengan berbagai macam cerita, baik bahagia hingga derita. Aku pulang dengan berbagai penyesalan yang tak terbendung. Untuk menolong sesama pun aku tak mampu. Banyak pengalaman nerharga yang ku dapatkan malam ini. Tentang kehidupan, perjuangan, dan masih banyak yang lainnya. Ternyata tuhan masih bisa menampakkan karunianya padaku yang masih bisa menghadapi kerasnya hidup ini. Terima kasih tuhan atas semua pemberianMu selama ini. Ucap syukur tak henti-hentinya ku lontarkan seraya berjalan menuju tempat kediamanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar