Susasana kota memang mengisahkan
banyak realita. Kebahagiaan, kemelaratan, bahkan kesengsaraan. Malam ini ku
awali ekspedisiku berjalan-jalan di taman kota. Banyak sekali pemandangan
disana. Para pemuda yang tengah berpacaran, orang tua yang mengajak anak-anaknya
bermain, berlarian di riuhnya suasana taman. Namun tak sedikit pula pemandangan
yang menyedihkan. Wanita tua yang mungkin sebaya dengan nenekku di desa dengan
lemah lunglai berjalan menengadahkan kedua tangannya hanya berharap mendapatkan
keeping demi kepin rupiah yang akan ia tukar dengan sesuap nasi. Anak-anak
kecil dengan membawa gitar memainkan nada-nada yang lumayan merdu di telinga.
Dengan riang, ia menghibur semua yang ada di penjuru taman kota tersebut. Aku
hanya bisa memandangi tanpa bisa memberi sedikitpun dari hartaku, karena mulanya
aku sama dengan mereka yang belum bisa mencari nafkah sendiri, melinkan
berharap pada kiriman orang tua setiap bulannya.
Ku coba
telusuri berbagai tempat ramai lainnya di kota. Ternyata di perempatan traffic
light, banyak sekali pemandangan yang hamper sama persis yang ku temui di taman kota. Nampak seorang
ibu dengan wajah lusuh sambil menggendong anaknya yang menangis, mungkin karena
kelaparan membawa sebuah benda yang taka sing bagiku, sebuah bekas gelas air
mineral. Anak-anak muda bermodalkan kemoceng, menawarkan jasa membersihkan kaca
mobil pada tiap pengendara yang berhenti saat lampu merah. Beberapa orang pula
meneriakkan barang dagangannya. Yaitu air minum, rokok, tissue, bahkan makanan
ringan, seperti gorengan ataupun nasi bungkus.
Aku mulai
bosan dengan suasana yang sama. Kucoba langkahkan kakiku menuju sebuah tempat
yang kurasa agak sepi. Dari kejauhan ku amati seorang anak kecil berbaring
lemah di depan komplek pertokoan yang hanya beralaskan robekan Koran bekas.
Tangan kanannya ia jadikan sebagai bantalan kepalanya, sedangkan tangan kirinya
ia rangkulkan ke perutnya. Nampaknya ia sangat kelaparan. Baju yang ia kenakan
sudah tak mampu lagi menahan dinginnya angin malam, apalagi hari ini langit di
penuhi awan mendung. Pertanda sebentar lagi akan hujan. Ternyata benar,
beberapa saat kemudian, perlahan air mulai turun dengan irama senada. Aku mulai
mencari tempat berteduh hujan ini tak membasahi jiwaku. Anak kecil yang sedari
tadi ku amati bangun dari tempat ia berbaring. Ia tak kuat lagi menahan
derasnya percikan air yang memantul ke arahnya. Baju compang-camping yang ia
kenakan tak lagi member kehangatan malam ini. Ia berjalan mencari tempat yang
lebih nyaman baginya. Hingga akhirnya ia temukan sebuah tempat pembuangan
makanan yang berasal dari restoran. Coba ia kais dan mencari sisa-sisa makanan
agar mampu membuatnya lebih bertenaga. Ia mulai makan sedikit demi sedikit
makanan yang ia temukan disana. Setelah ia rasa puas, ia beranjak kembali menuju
istananya. Tapi na'as, saat ia menyebrangi jalanan yang basah, sebuah truk
berlari kencang menabraknya. Aku sampai tak tega melihat kejadian itu. Tangan kirinya
hancur di lindas ban, kedua kakinya tak mampu lagi ia jadikan tumpuan untuk
berjalan. Sementara ia pingsan. Karena keadaan yang sepi, truk itu hanya bisa
melarikan diri. Aku masih termenung di tempat aku berpijak. aku tak berani
menghampirinya. Tapi aku tahu bahwa ia merasa sangat tersiksa. Seorang anak
kecil tak berdosa hanya bisa meronta, karena kejadian tak terduga. Maafkan aku
kawan, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berdoa agar keselamatan selalu
menyertaimu. Apabila nyawamu tak tertolong, semoga tuhan memberikan tempat
terbaik bagimu.
Malam ini,
ku akhiri ekspedisiku dengan berbagai macam cerita, baik bahagia hingga derita.
Aku pulang dengan berbagai penyesalan yang tak terbendung. Untuk menolong sesama
pun aku tak mampu. Banyak pengalaman nerharga yang ku dapatkan malam ini. Tentang
kehidupan, perjuangan, dan masih banyak yang lainnya. Ternyata tuhan masih bisa
menampakkan karunianya padaku yang masih bisa menghadapi kerasnya hidup ini. Terima
kasih tuhan atas semua pemberianMu selama ini. Ucap syukur tak henti-hentinya
ku lontarkan seraya berjalan menuju tempat kediamanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar